Segala puji bagi Allah,
Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan
sahabatnya.
Beberapa saat lalu alhamdulillah- telah membahas beberapa tanda kiamat. Dimulai dengan munculnya
Imam Mahdi dan Turunnya Nabi Isa ‘alaihis
salam di akhir zaman. Saat ini kita akan membahas tanda datangnya
kiamat lainnya, yaitu munculnya Dajjal. Insya Allah tulisan ini akan kami
sajikan dalam beberapa seri tulisan. Semoga Allah memberikan kita keyakinan dan
aqidah yang benar.
Dajjal asalnya berarti “التَّغْطِيَة”, bermakna
menutupi. Orang yang berdusta disebut Dajjal karena ia menutupi kebenaran
dengan kebatilan.[1]
Dajjal yang dimaksud dalam bahasan ini adalah
Dajjal akbar yang akan muncul menjelang hari kiamat di zaman Imam Mahdi dan
Nabi Isa ‘alaihis salam.
Dajjal, Seberat-Beratnya Ujian
Keluarnya Dajjal merupakan
di antara tanda datangnya kiamat. Fitnah (cobaan) yang ditimbulkan oleh Dajjal
adalah seberat-beratanya ujian yang akan dihadapi manusia.
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan,
مَا
بَيْنَ خَلْقِ آدَمَ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ خَلْقٌ أَكْبَرُ مِنَ الدَّجَّالِ
"Tidak
ada satu pun makhluk sejak Adam diciptakan hingga terjadinya kiamat yang
fitnahnya (cobaannya) lebih besar dari Dajjal." (HR. Muslim no.
2946) An Nawawi rahimahullah menerangkan,
“Yang dimaksud di sini adalah tidak ada fitnah dan masalah yang lebih besar
daripada fitnah Dajjal.”[2]
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri
di hadapan manusia lalu memuji Allah karena memang Dialah satu-satunya yang
berhak atas pujian kemudian beliau menceritakan Dajjal. Beliau bersabda,
إِنِّى
لأُنْذِرُكُمُوهُ ، وَمَا مِنْ نَبِىٍّ إِلاَّ أَنْذَرَهُ قَوْمَهُ ، لَقَدْ
أَنْذَرَ نُوحٌ قَوْمَهُ ، وَلَكِنِّى أَقُولُ لَكُمْ فِيهِ قَوْلاً لَمْ يَقُلْهُ
نَبِىٌّ لِقَوْمِهِ ، تَعْلَمُونَ أَنَّهُ أَعْوَرُ ، وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ
بِأَعْوَرَ
"Aku
akan menceritakannya kepada kalian dan tidak ada seorang Nabi pun melainkan
telah menceritakan tentang Dajjal kepada kaumnya. Sungguh Nabi Nuh ‘alaihis
salam telah mengingatkan kaumnya. Akan tetapi aku katakan kepada kalian
tentangnya yang tidak pernah dikatakan oleh seorang Nabi pun kepada kaumnya,
yaitu Dajjal itu buta sebelah matanya sedangkan Allah sama sekali tidaklah buta".
(HR. Bukhari no. 3337 dan Muslim no. 169)
Dari Anas, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا
بُعِثَ نَبِىٌّ إِلاَّ أَنْذَرَ أُمَّتَهُ الأَعْوَرَ الْكَذَّابَ ، أَلاَ إِنَّهُ
أَعْوَرُ ، وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ ، وَإِنَّ بَيْنَ عَيْنَيْهِ
مَكْتُوبٌ كَافِرٌ
“Tidaklah
seorang Nabi pun diutus selain telah memperingatkan kaumnya terhadap yang buta
sebelah lagi pendusta. Ketahuilah bahwasanya dajjal itu buta sebelah, sedangkan
Rabb kalian tidak buta sebelah. Tertulis di antara kedua matanya “KAAFIR”.”
(HR. Bukhari no. 7131)
Dalam sebuah hadits shahih, dari Abu Umamah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
يا
أيها الناس ! إنها لم تكن فتنة على وجه الأرض منذ ذرأ الله ذرية آدم أعظم من فتنة
الدجال و إن الله عز و جل لم يبعث نبيا إلا حذر أمته الدجال و أنا آخر الأنبياء و
أنتم آخر الأمم و هو خارج فيكم لا محالة
"Wahai
sekalian manusia, sungguh tidak ada fitnah yang lebih besar dari fitnah Dajjal
di muka bumi ini semenjak Allah menciptakan anak cucu Adam. Tidak ada satu Nabi
pun yang diutus oleh Allah melainkan ia akan memperingatkan kepada umatnya
mengenai fitnah Dajjal. Sedangkan Aku adalah Nabi yang paling terakhir dan
kalian juga ummat yang paling terakhir, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
Dajjal akan muncul di tengah-tengah kalian.” (Dikeluarkan dalam Shahih
Al Jaami’ Ash Shoghir no. 13833. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dajjal Dinamakan Al Masih
Dajjal dinamakan Al Masih karena salah satu
matanya terusap/ tertutup (artinya: buta sebelah). Disebutkan pula bahwa ia
dinamakan Al Masih karena dia mengusap/ melewati bumi selama empatpuluh
hari.[3]
Al Masih sendiri kadang ditujukan pada orang yang
shidiq (jujur) yaitu ‘Isa ‘alaihis salam dan kadang pula Al Masih dimaksudkan
untuk orang yang sesat lagi dusta yaitu Dajjal yang matanya buta sebelah.[4]
Berita Tentang Kemunculan Dajjal adalah Berita
Mutawatir
Sebagian hadits mengenai
Dajjal telah dikemukakan di atas. Sebagian lainnya akan kita temukan pada bahasan
selanjutnya mengenai Dajjal. Intinya, semua hadits-hadits tersebut menunjukkan
bahwa di akhir zaman, akan muncul Dajjal. Berita tentang Dajjal ini
diriwayatkan dalam riwayat yang amat banyak, sampai derajat mutawatir.
Hadits-hadits yang membicarakan tentang Dajjal pun berasal dari kitab Shahih
Bukhari dan Muslim. Oleh karena itu, orang yang meragukan tentang hal ini,
dialah yang sungguh aneh.
Al Qodhi mengatakan, “Hadits-hadits yang
disebutkan oleh Imam Muslim dan selainnya mengenai kisah Dajjal benar-benar
sebagai hujjah bagi madzhab yang berada di atas kebenaran bahwa Dajjal benar
adanya. Dajjal adalah benar-benar manusia. Allah mendatangkannya untuk menguji
para hamba-Nya. Allah memberikan pada Dajjal berbagai ilahiyah (ketuhanan),
yaitu dengan menghidupkan mayit yang sebelumnya ia matikan, menumbuhkan
tanaman, menyuburkan tanah dan kebun, menjadikan api dan dua macam sungai.
Kemudian Dajjal pun akan mengeluarkan berbagai macam perbendaharaan di dalam
bumi, ia akan menurunkan hujan dari langit, dan tanah pun akan tumbuh tanaman.
Ini semua dilakukan atas kuasa dan kehendak Allah. Kemudian setelah itu, Allah Ta’ala membuat ia tidak bisa
berbuat apa-apa. Namun tidak ada yang bisa membunuh Dajjal dan menghancurkan
berbagai urusannya melainkan ‘Isa ‘alaihis salam. Allah pun akhirnya
mengokohkan hati orang beriman. Inilah madzhab Ahlus Sunnah, keyakinan para
pakar hadits, para fuqoha dan para ulama peneliti lainnya.”[5]
Mengapa Berita Tentang Dajjal Tidak Disebutkan
dalam Al Qur’an?
Ada beberapa versi jawaban
yang dapat diberikan dalam hal ini:
Pertama, Allah Ta’ala berfirman,
يَوْمَ
يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا
“Pada
hari datangnya ayat dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang
kepada dirinya sendiri.” (QS. Al An’am: 158). Padahal dalam hadits
disebutkan,
ثَلاَثٌ
إِذَا خَرَجْنَ (لَمْ يَنْفَعْ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ
قَبْلُ) الآيَةَ الدَّجَّالُ وَالدَّابَّةُ وَطُلُوعُ الشَّمْسِ مِنَ الْمَغْرِبِ
أَوْ مِنْ مَغْرِبِهَا
“Tiga
tanda, jika semuanya telah terjadi, maka tidak akan berguna lagi keimanan
seseorang sebelumnya, yaitu; keluarnya Dajjal, binatang melata, dan terbitnya
matahari dari barat atau dari tempat terbenamnya” (HR. Tirmidzi no. 3072
dan Ahmad 2/445. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Hadits ini menunjukkan
adanya korelasi dengan ayat di atas, sehingga sangat tepat sekali menunjukkan
adanya Dajjal di akhir zaman.
Kedua, Al Qur’an sendiri
mengisyaratkan bahwa ‘Isa bin Maryam akan turun di akhir zaman seperti pada
firman Allah Ta’ala,
وَإِنْ
مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ
“Tidak
ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum
kematiannya.” (QS. An Nisa': 159). Dan pada firman Allah Ta’ala,
وَإِنَّهُ
لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ
“Dan
sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat.”
(QS. Az Zukhruf: 61). Jika benar Isa akan turun di akhir zaman dan misi beliau
adalah membunuh Dajjal, maka cukup dengan kita menyebut turunnya Isa, itu
menandakan akan munculnya Dajjal. Apalagi antara Isa dan Dajjal sama-sama
disebut Al Masih.
Inilah di antara alasan mengapa Dajjal tidak
disebutkan dalam Al Qur’an sebagaimana diterangkan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani.[6]
Alasan ketiga yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut.
Ketiga: Berita tentang Dajjal
juga sudah disebutkan dalam ayat Al Qur’an,
لَخَلْقُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ
لَا يَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya
penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ghofir/Al Mu’min: 57) Yang
dimaksud dengan penciptaan manusia di sini adalah Dajjal. Sebagaimana yang
mendukung hal ini adalah hadits,
مَا
بَيْنَ خَلْقِ آدَمَ إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ خَلْقٌ أَكْبَرُ مِنَ الدَّجَّالِ
"Tidak
ada satu pun makhluk sejak Adam diciptakan hingga terjadinya kiamat yang
fitnahnya (cobaannya) lebih besar dari Dajjal." (HR. Muslim no.
2946)
Mengenai surat Ghofir ayat 57, Al Baghowi
mengatakan, “Sebagian ulama mengatakan: yaitu yang lebih besar dari ujian dari
Dajjal. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya, yaitu orang Yahudi
yang selalu memperdebatkan tentang Dajjal.”[7]
Demikian beberapa sajian
awal dari kami mengenai Dajjal. Insya Allah kajian ini masih akan dilanjutkan
pada tulisan serial berikutnya. Semoga Allah mudahkan.
Alhamdulillahilladzi bi
ni’matihi tatimmush sholihaat.
Referensi:
1.
Al Minhaj Syarh Shahih
Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, Dar Ihya’ At Turots, cetakan kedua, 1392 H.
2.
Al Yaumul Akhir-Al
Qiyamatush Shugro, Dr. ‘Umar Sulaiman Al Asyqor, Darun Nafais-Maktabah Al
Falah, cetakan keempat, 1411 H.
3.
Asyotusy Sya’ah, ‘Abdullah
bin Sulaiman Al Ghofili, Kementrian Urusan Islamiyah, Waqof, Dakwah, dan
Irsyad, Kerajaan Saudi Arabia, cetakan pertama, 1422 H.
4.
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al
Asqolani, Darul Ma’rifah, 1379 H.
5.
Lisanul ‘Arob, Muhammad
bin Makrom bin Manzhur Al Afriqi Al Mishri, Dar Shodir, cetakan pertama.
6.
Ma’alimut Tanzil, Al
Husain bin Mas’ud Al Baghowi, Dar Thoyibah, cetakan keempat, tahun 1417 H.